Beranda | Artikel
4 Penyimpangan Yang Akan Merusak Aqidah
Jumat, 2 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

4 Penyimpangan Yang Akan Merusak Aqidah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 14 Safar 1442 H / 2 Oktober 2020 M.

Kajian Tentang 4 Penyimpangan Yang Akan Merusak Aqidah

Ketahuilah bahwa secara umum tauhid asma’ wa shifat akan bermasalah atau menyimpang bila terkontaminasi dengan dua pemikiran; ta’thil (mengingkari) dan tasybih (menyerupakan). Jadi bila diingkari, maka ini jelas tauhid telah bermasalah. Bila diserupakan dengan sifat makhluk, maka ini jelas telah bermasalah. Sebagaimana yang telah kita jelaskan sebelumnya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dua pemahaman yang sesat di dalam memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala; (1) menyerupakan, (2) mengingkari sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿١١﴾

“Tiada suatu pun yang menyerupai Allah,” dalam segala hal, dalam perbuatanNya, dalam Ubudiyah dan Uluhiyyah, tidak ada sekutu bagi Allah.

Kemudian yang kedua Allah mengatakan:

“Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat,” berarti Allah menetapkan bagi diriNya pendengaran dan penglihatan. Maka yang dinafikan adalah tasybih (menyerupakan), yang ditetapkan adalah sifat-sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam mengimani sifat-sifat Allah, dalam meyakini sifat-sifat Allah, mereka mewaspadai empat penyimpangan yang akan merusak atau membatalkan aqidah tersebut. Yaitu:

1. Tidak diselewengkan

Dalam sebagian ahlul kalam mengatakan takwil. Sesungguhnya bukan takwil, akan tetapi tahrif. Karena kalau takwil (penafsiran yang benar) masih ada makna yang positif. Tapi kalau tahrif itu adalah penyimpangan.

Tidak diselewengkan dalil-dalil yang berkaitan dengan sifat, baik secara kalimatnya atau secara maknanya. Adapun tahrif adalah menyelewengkan nash-nash Al-Qur’an dan hadits yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah diselewengkan dari makna yang benar kepada makna yang menyimpang.

Ada kalanya tahrif tersebut berkaitan dengan lafadz dari ayat-ayat tersebut. Sehingga akan secara otomatis berubah maknanya. Dan yang banyak terjadi adalah menyelewengkan makna. Lafadznya tidak dirubah, akan tetapi maknanya yang dirubah.

Sebagai contoh yang dilakukan oleh ahlul bid’ah wal ahwa’, mereka berusaha ingin merubah dan menyelewengkan lafal-lafal dari sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Contohnya:

وَكَلَّمَ اللَّـهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Kalimat اللَّـهُ sebagai subjek ingin dirubah menjadi اللَّـهَ sebagai objek. Sehingga yang berbicara adalah Musa, bukan Allah. Ini usaha mereka untuk mengingkari sifat kalam bagi Allah.

Tapi mereka tidak mungkin melakukan hal itu dalam ayat lain:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ

Tatkala Musa telah datang pada waktu yang dijanjikan oleh Allah, kemudian Rabbnya berbicara langsung kepada Musa.” (qs. Al-A’raf[7]: 143)

Redaksi ayatnya tidak akan mungkin bisa dirubah lagi. Sebab di sana ada dhamir (kata ganti) yang kembali kepada Rabb dan kepada Musa.

Kemudian ada juga yang berusaha merubah i’rabnya, kata mereka الرَّحْمَـٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ yaitu الرَّحْمَـٰنُ عَلَى الْعَرْشُ. Jadi ‘Arsy yang tinggi. Mereka juga ingin mengingkari sifat istiwa’.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49148-4-penyimpangan-yang-akan-merusak-aqidah/